Jumat, Januari 11, 2008

disosor MJBP



Dan sesudah gue bantu mami gue jagain toko, gue berencana pergi ke mushola tempat hewan qurban akan disembelih. Dan seperti biasanya gue melewati lapangan voli, yang ada di jantung area RT 12 di mana gue tinggal, kalau lewat situ, jaraknya lebih deket, bisa ditempuh dalam waktu 2 menit dengan jalan biasa, dan mungkin bisa sampai satu menit jika berlari kencang. Kalau mau ke mushola melelalui jalan itu, gue harus melewati lorong yang dapit dua rumah tetangga gue, yaitu rumah Bapak Rabun dan Bapak Margono, eh gue agak lupa, mudah-mudahan bener. Setelah melewati lorong yang cuman muat dimasukin dua orang dan tidak bagi seeokor gajah Lampung, gue langsung sampai di depan mushola.

Tapi hari ini mengapa begitu berbeda dengan hari-hari sebelumnya, gue dengan terburu-buru menuju ke mushola karena gue udah telat banget, maklum di RT 12, tahun ini gue dipercaya buat jadi sekretaris kepanitiaan bapak-bapak di kampung gue, bangga dunk secara…., sambil setengah berlari gue memendang jauh ke depan, dan ternyata disitu udah ada makhluk yang selama ini gue takutin diluar anjing dan tikus. Ga tahu kenapa kalo gue udah ngeliat makhluk itu, keberanian gue tiba-tiba hilang begitu saja, yang ada hanya rasa takut yang membayangi diriku. Saat itu gue ngerasa bimbang diantara dua pilihan, gue harus tetap lewat jalur lapangan voli atau gue lewat jalan yang satunya dimana gue diharuskan buat lewat jalan memutar yang lebih jauh tentunya dan harus melewati beberapa blok rumah tetangga.

Bagaikan seorang komandan, gue harus buat keputusan penting yang menyangkut nyawa, dan harga diriku sebagai seorang sekretaris kepanitiaan. Akhirnya gue memlih jalur lapangan voli yang pastinya sudah ada ancaman makhluk menakutkan di depan mata dengan jelas. Gue mencoba buat menenangkan diriku yang udah berlinang kringat dingin. Gue terus tetap melaju sambil memikirkan nasib gue kedepannya. Akhirnya gue menerobos masa lalu gue, dimana gue bisa lolos dari ancaman makhluk berleher panjang itu. Hal itu semakin membuat gue percaya diri buat mendukung keputusan gue.

Langkah tetap kujaga, biar gue lebih cepat sampai ke mushola. Ketika gue menginjak ujung lapangan, gue kembali berpikir lagi demi keselamatan nyawa dan nama baik gue, ada beberapa skenario yang bisa gue ambil, supaya nyawa gue bisa selamat dari serangan makhluk berleher panjang itu.

Skenario 1.

  • Gue bisa selamat apabila dan atau gue melewati ujung lapangan, tetapi gue harus berjalan lebih jauh dan itu bisa membutuhkan waktu lebih lama. Tapi nyawa dan nama baik gue akan selamat dari makhluk jelek berleher panjang itu.

Skenario 2

  • Gue tetap memilih memotong lapangan voli secara frontal dan harus berhadapan dengan makhluk jelek berleher panjang. Untungnya gue bisa lebih cepet sampai dang a perlu jalan lebih jauh. Tetapi ruginya nyawa gue akan terancam dan nama baik gue dipertaruhkan. Sebenarnya ada cara yang bisa gue lakuin buat mengurangi kerugian yang bakal gue alami baik moral maupun material.Yaitu, gue berlagak berani dengan berteriak keras agar makhluk itu segan dengan gue dan memberi jalan supaya gue bisa lewat, atau gue ambil batu, lalu gue lemparin ke makhluk jelek berleher panjang itu, supaya mereka lari terbirit-birit, dan tiba-tiba gue teringat akan nasehat guru TK, “ anak-anak sesama makhluk Tuhan kita harus saling menyayangi.” Dan makhluk jelek berleher panjang itu kan termasuk makhluk ciptaan Tuhan, dan untuk mengenang jasa-jasa guru TK gue, gue mengurungkan niat gue buat nimpukin makhluk jelek berleher panjang itu.

Kembali gue harus memutuskan dengan cepat, dan untuk urusan ini gue udah terlatih sejak SD, gue pernah jadi Dokter Kecil dan memutuskan menggunakan metode kerokan demi menyelamatkan temen gue dari masuk angin, padahal selama training tidak pernah diberi metode itu. Dan langsung saja gue memutuskan untuk memilih jalur memotong lapangan voli secara frontal dan langsung berhadapan dengan makhluk jelek berleher panjang itu. Gue bisa lebih sedikit menenangkan diri gue, kerena makhluk itu cuman berjumlah 2 ekor, biasanya lebih, dan ternyata teman-teman segenknya udah nyari tempat yang PW (posisi wuenak) masing-masing. “Tenang, tenang , …!!!!???” gue mencoba menenangkan hati dan jiwa gue. “ tenang cuman dua aja…tenang…pasti bisa lolos…., santai tinggal berteriak husss…husss….husss 33 X, makhluk jelek ini akan memberi jalan ke gue… tenang…tenang….berani….berani….kan gue udah gede,….udah 20 tahun…..masa masih takut sama makhluk jelek ini kaya sewaktu gue kelas satu SD…aja…tenang….kuasai…..kuasai,….pasti bisa.” Begitulah konflik yang ada di hati gue. Sambil komat-kamit, gue berteriak dalam hati “SEERLRLRLRLrLANG….!!!!!!!!. dan spontan gue berteriak “ HUSS….HUSS….HUSSS….” tapi gue tidak mengucapkannya sebanyak 33X sebagai syarat supaya makhluk jelek berleher panjang ini menyingkir.

Genderang perang telah di tabuh, satu makhluk jelek telah membukakan jalan buat gue dan makhluk itu menyingkir entah kemana , mungkin karena umurnya lebih muda dari gue, dan dia menyingkir sambil berteriak “nguok…nguok…ngouk” gue ga mudeng artinya, tapi kalo melihat gerakannya mungkin gue bisa menerjamahkan dikit, “ dasar manusia geblek,tua, maunya menang sendiri, gue kan lagi cari makan, tiba-tiba ngusir seenaknya… ga bawa surat pengusiran lagi… dasar jelek, geblek, bodoh”

Dan masalah tidak berhenti sampai di situ, makhluk jelek yang satunya beda lagi, mungkin karena ga terima karena diusir dan di tambah temennya yang ngomporin, menghujat, menjelek-jelekan gue dia semakin terangsang buat menyelakakan gue. Jreng…jreng…. !!!!! Matanya mulai melirik gue dengan sisnisnya.Kalo dilihat caranya ngelirik gue, bisa diartiin begini “ OH …. Cowok ganteng….begitu gantengnya dirimu, bolehkah ku kecup dirimu????” Gue tetep aja membaca mantera “ HUSS….HUSS….HUSS..” Eh dia malah tambah terangsang dengan mantera yang udah gue bacain tadi, terus sepintas gue berpikir, “ apa manteranya salah Y?????”, secara makhluk jelek berleher panjang itu ga mau menyingkir malah semakin maju dan menjulurkan leher dan mulutnya. Makhluk itu bersuara “ NGuuOOOOK…NGuuOOOOK..NguUok “ dan bisa diartiin begini “ Cihui cowok ganteng, cowok ganteng, aku akan menciummu”

Dengan nafsu tinggi dan hasrat yang tak terbendungkan, makhluk Jelek berleher panjang itu semakin menjulurkan lehernya. “ Mampus gue, kok makhluk jelek berleher panjang ini malah ngejar-ngejar gue, gue kan masih normal masa gue harus menyerahkan keperjakaan gue pada makhluk jelek berleher panjang ini” begitulah gue bergumam dalam hati. Langsung saja, gue pasang kuda-kuda buat ngejaga kehormatan gue. Makhluk jelek berleher panjang ini terus menyerang dengan nafsu bisrahi tinggi. Inginnya sih gue menyerang makhluk jelek berleher panjang ini, dengan sekali tendangan seribu bayangan ke kepalanya, mungkin bisa membuat makhluk jelek berleher panjang ini tepar tak berdaya, tapi apadaya gue telah berjanji sama guru TK gue, gue ga boleh menyakiti sesama makhluk ciptaan Tuhan, dan itu telah menjadi prinsip hidup gue. Dan akhirnya dengan jurus mabok gue mencoba menghindar dari segala serangan bernafsunya. Sampai-sampai gue harus meliuk-liukan badan gue, bukannya malah berhenti makhluk jelek berleher panjang ini malah semakin bersuara keras, “ NguuOOK….NguOOK…NguuOOK “ bisa diartiin begini “ wow it’s so sexy, and he makes me horny” mungkin makhluk jelek menganggap waktu gue meliuk-meliukan badan, sebagai sebuah tarian striptise yang bikin dia horny.

Gue masih tetap mencari jalan buat menghindar dari serangan bernafsu itu, disaat genting seperti itu gue masih sempat melihat keadaan di sekitar, apakah ada tetangga-tetangga gue yang ngelihat insiden terburuk dalam hidupku, ternyata sambil tengok kanan kiri dan tetap melakukan jurus menghindar, gue ngerasa tenang, “untung ga ada yang ngelihat…amien…” malu duong kalo semisal insiden itu dilihat sama tetangga gue, apalagi kalo ada paparazzi yang mengabadikan momen bersejarah itu. Pasti besok dimajalah gossip beredar berita dengan headline “Sekretaris Qurban Bercinta dengan ***** di Tempat Umum”, coba deh kalo itu benar-benar terjadi, gue ga tahu jalan kehidupan gue sterusnya gara-gara insiden itu.

Akhirnya dengan perjuangan yang melelahkan demi menjaga keperjakaan gue berhasil lolos dari serangan bernafsu makhluk jelek berleher panjang itu. Dengan sekali loncatan gue udah bisa jaga jarak sama makhluk jelek berleher panjang itu, kemudia gue terus berlari menuju lorong sambil dibayang-bayangi apakah makhluk jelek berleher panjang itu masih mengejar gue atau tidak. Gue berlari sekuat tenaga dan nyampe juga di depan mushola. Dalam hati gue berkata “ dasar makhluk jelek berleher panjang, emang ga ada yang cakep lagi di alammu, sampai-sampai harus mengejar-ngejar cowok ganteng seperti gue…..NguoOOK…NguuUok…….NgUUoooK “

Tidak ada komentar: